Tanya Jawab Bareng Jason Iskandar, Sineas Muda Segudang Prestasi

by Desember 02, 2014 0 comments
Jason Iskandar adalah anak muda yang sudah banyak menorehkan prestasi di dunia film pendek. Filmografinya di antaranya adalah “Indonesia Bukan Negara Islam”, yang berhasil memenangkan Festival Film Dokumenter 2009. Kemudian ada “Tanya Jawab” yang berhasil lolos ke nominasi Best Short Film Festival Film Indonesia 2011. Dan “Seserahan”, yang masuk nominasi Best Film di ajang Europe on Screen 2014. Sekitar beberapa minggu lalu, pertama kalinya Jason datang ke Surabaya. Ia datang atas undangan Ade Kusuma dan Christian Pramudia selaku dosen mata kuliah Media Komunikasi Film UPN Veteran Jawa Timur. Maka secara otomatis, Kinne Komunikasi diminta untuk bantu-bantu acara. Hadiahnya? Kami dapat kesempatan eksklusif buat ngobrol langsung dengan Jason Iskandar.

Halo Jason, kamu baby face banget. Kita curiga. Berapa usia kamu?

Gue 23 tahun.

Hah, 23? Keren bro. Semuda itu udah banyak banget prestasi. Kita jadi ikut termotivasi nih. Jadi, bagaimana kamu mengawali terjun di dunia film?

Pas SMA, gue pertama kalinya bikin film. Judulnya itu “Sarung Petarung”. Ketika itu, Sarung Petarung menang di 3 kategori: Film Dokumenter Terbaik, Favorit, dan Dokumenter HIV/AIDS Terbaik di Think Act Change 2007. Itu yang kemudian memotivasi gue.

Jadi, tips apa yang bisa kamu bagikan biar kita ikut termotivasi? Apa yang diperlukan sebuah film untuk menang festival?

Angkat sebuah cerita yang didalamnya ada fenomena sosial. Gak perlu jauh-jauh. Banyak hal yang bisa kamu dapatkan dari peristiwa yang paling dekat dengan kamu.

Bagaimana dengan soal teknik sinematografi. Beberapa orang mengkritik teknik sinematografi kamu. Bagaimana menurut kamu?

Sedikit cerita, latar belakang gue bukan di film. Gue bentar lagi sarjana, tapi di jurusan sosiologi. Temen-temen yang ikut gue produksi pun notabene bukan anak film. Jadi soal teknik sinematografi memang bukan strong point tim gue. Bukan berarti teknik sinematografi tidak penting.

Makanya itu film kamu lebih menonjolkan cerita ya? Lalu, apakah itu kenapa semua film kamu [menurut kita] seolah bergerak dengan tempo yang sangat lambat? Apakah itu demi membangun kompleksitas cerita?

Nggak. Haha. Menurut gue, film adalah taste dari sang sineas. Kebetulan saja referensi yang gue lihat kebanyakan adalah film-film yang menonjolkan aspek cerita yang dikemas dengan tempo yang sangat lambat untuk membuat pemirsa berhenti berantisipasi.

Oke Jason, thanks udah mau ngobrol sama kita. Jangan kapok main ke Surabaya ya. [masupiks]

KINNE KOMUNIKASI

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com